PENDAHULUAN
DEFENISI PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produkta bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation).
Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan.
Tujuan Pengolahan Bahan Galian
Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah :
1. Mengurangi ongkos angkut.
2. Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta mengurangi metal yang hilang bersama slag.
3. Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah tonase yang dileburkan lebih sedikit.
4. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral berharga relative tinggi, sehingga lebih memudahkan umtuk diambil metalnya.
5. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan dapat diambil yang lain sebagai by produck.
Ruang Lingkup
Makalah ini akan membahas tentang logam emas sebagai bahan galian yang tak terbarukan, serta menekankan pada pengolahan bahan galian emas.
(http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/pengolahan-bahan-galian-mineral-processing/ (Diakses 23 Oktober 2011)
DEFENISI DAN MINERALOGI EMAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas
Pengetahuan tentang mineralogy emas sangat diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan emas. Keberhasilan atau kegagalan penerpan suatu teknologi pengolahan dapat dimengerti atau dijelaskan oleh kondisi mineralogy batuan (bijih) emas yang sedang dikerjakan. Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah:
1. Mineral-mineral pembawa emas
2. Ukuran butiran mineral emas
3. Mineral-mineral induk
4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk
Mineral-mineral pembawa emas
Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam. Mineral emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2), fisceserit (Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya 16,9 kandungan peraknya 13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.
Mineral induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit. Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan krikil (endapan plaser).
Ukuran butiran mineral emas
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau elektrum) berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butran yang halus.
Berikut mineral induk Emas berupa sulfida
pirit (FeS2), arsenopirit (FeAsS), kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit (FeS2), Glen (PbS), Sfalerit (ZnS), armonit (Sb2S3)
Asosiasi mineral
Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih. Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).
Sifat Fisik Emas (Au)
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
http://ovan-indra.blogspot.com/2009/10/emas.html (diakses 23 Oktober 2011 )
PENGOLAHAN BIJIH EMAS
Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian dilanjutkan dengan proses yang di sebut Metalurgy.
KOMINUSI
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.
Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :
• Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk
• Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
• Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan diolah, dengan menggunakan :
- Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 – 110 0C, biasanya sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada batuan oksidis.
- Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)
- Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#, misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.
Proses pemisahan Emas dari konsentrat
Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, Konsentrat ini wujudnya seperti pasir.
Proses ini memakai 3 jenis furnace.
(1) Smelting Furnace,
(2) Slag cleaning Furnace,
(3) Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (diesbut anoda furnace) lalu dicetak bentuknya batangan anoda Cu.
Proses pertama :
(1) Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan kompresor diatur oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2)
(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur (CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).
Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister (bukan lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister (sebab perlu elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada tambahan proses pemurnian untuk dioksidasikan S sampai “light”. Setelah dicetak jadi anoda, Cu anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au, Ag, Pt, Co, Ni) masih ada dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat + Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan dengan perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu memakai voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda (puritynya bisa mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut menempel di katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk ikat pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan antara pengotor dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.
Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana tegangannya diatur untuk memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur lagi untuk mendapatkan purity
sampai Au 99.99 %.
Proses Pengolahan Emas dengan Sianida
Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida. Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun 1896 Bodländer dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk sebagai perantara.
Reaksi kimia untuk pelepasan emas, “Persamaan Elsner”, berikut:
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O → 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH
Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan dengan transfer proton (H +) dari air.
(http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html) (diakses 23 Oktober 2011 )
Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida :
Cara Kerja
- Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga menjadi tepung (mesh + 200).
- Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari bahan).
- Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
- Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 – 11) dengan (T = 85°C). - Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring.
- Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode 1)
- Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2). - Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80°C – 90°C).
- Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90°C – 100°C). - Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110°C – 120°C). - Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110°C –
120°C) selama (t = 1.45j). - Lakukan proses Cooling.
- Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j). (metode 3)
Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masing – masing, jadi deh logam murni.
(http://knol.google.com/k) (diakses 24 oktober 2011)
Proses Perendaman
Ada pula proses pengolahan emas dengan perendaman, berikut caranya:
BAHAN
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
Formula Kimia
1. NaCn = 40 kg
2. H2O2 = 5 liter
3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4. Ag NO3 =100 gram
5. Epox Cl = 1 liter
6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2O (air) = 20.000 liter
(http://knol.google.com/k) (diakses 24 oktober 2011)
Perendaman di Bak Kimia
- NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7
- Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12
- Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH 11-12
- Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan ke dalam bak.
- Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke Bak II untuk merendam lumpur ore selama 48 jam.
- Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24 jam, dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah costic soda secukupnya.
- Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan melalui Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil untuk mengikat/ menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air kaya
- Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir selama 5 – 10 hari
- Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex
- Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml H2SO4 dan 3 liter air panas
- Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion
Teknologi Amalgamasi
Mekanisme Amalgamasi
Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks membasahi dan menenbus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah, cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam emas, yang mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature kamar kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain terutama perak dan tembaga.
Ukuran Butiran
Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari yang kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn). Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun, kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari 0,074 mmyang dapat diolah dengan teknik amalgamasi.
Gangguan Amalgamasi
Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi mineralogy dari bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat yang halus dan air). Kondisis yang buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah menjadi partikel-partikel halus, sehingga amlgamasi tidak dapat berlangsung secar baik.
Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas yang berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh oksida besi. Emas kusam mengurangi
kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak bias beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).
Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang untuk menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat menghambat amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-ion timbaldan tembaga dapat menolong untuk mengurangi gangguan ini. Penambahan bahan alkali yang kuat dapat mengurangi gangguan ini.
Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat amalgamasi. Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi. Keberadaannya dalam pulp harus duhindari dengan penambahan kapur yang sedikit.
Penggerusan
Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume) media penggerus, kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp, dan lamanya penggerusan. Volume media penggerus dapat diatur sehingga media penggers mengisi barel/gelundung sedikit diats setengah isi barel/gelundung. Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media penggerus tidak bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi sewaktu berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.
Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini seharusnya memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang. Permukaan bergelombang ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media penggerus sewaktu barel berputar dan untuk mencegah selip diantara media penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat dilepas untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu batangan. Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci. Bergantung pada ukuran barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x 24 inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki (dikaitkan dengan ukuran gelundung yang biasa digunakan dalam tahap amalgasi).
Pengikatan Emas oleh Merkuri
Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 jenis cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan pencampuran. Dari keemapt cara atau alat iniyang akan dibahas adalah hanya amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya, selain telah dikenal masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan sulit dmalgamasi, atau amat halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih uyang menyebabkan merkuri tidak bekerja baik.
Masyarakat menggunakan bael atau gelundung baik untuk penggerusan maupun amlgamasi. Nmun kedua kegiatan ini (penggerusan dan amlgamasi) sebaiknya dipisahkan. Dengan kata lain dua barel atau gelundung seharusnya dimiliki, yang satu memakai liner (untuk penggerusan) dn satu lagi tanpa iner (untuk amlgamasi)
Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan dan perbedaannya adalah bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan merkuri ke dalam pulp) media penggerus berjumlah 1 atau 2 batang yang berdiameter 4 atau 5 inci, atau sengh lusin bola bediameter 4 atau 5 inci. Selanjutnya kecepatan putarannya rendah dan lamanya amalgamasi berkisar antara 1 jam sampai beberapa jam. Pulp dan media penggerus mengisi barel atu gelundung dengan kisaran dari sepertiga sampai setengah volume barel. Jika operasi penggerusan penting, operasi amlgamasi memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja, operasi dengan 30-50% padatan. Jumlah merkuri yang ditambahkan bergantung pada kadar emas dalam bijih dan jumlah merkuri ditambah apabila kadar emasnya tinggi.
Perolehan Emas
Perolehan emas denag teknologi amlgamasi relative rendah (artinya apabila dibandingkan dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi amalgamasi (perolehan emas dan kehilangan merkuri) dari tambang rakyat dapat dilakukan dengan penambahan baha kimia dan pengaturan teknik (berat umpan, persentase padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi) perolehan emas dapat mencapai 55%. Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)
Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas sebenarnya dalam batuan (bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang digunakan yaitu metode gravimetric dan metode dengan alat modern yaitu AAS.
(http://www.scribd.com/doc/33920112/Bahan-galian-Emas) (Diakses 23 Oktober 2011 )
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang ada pada lapisan bumi dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang berkompetensi dalam menghasilkan butiran emas yang dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan asesoris, lapisan logam, filament dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi kimia.
Ekstraksi butiran emas dapat dapat dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan teknologi sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kedua metode tersebut dapat diandalkan untuk menghasilkan emas dalam kuantitas yang tinggi. sedangkan efek dari teknologi pengolahan bijih emas dengan kedua metode tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang bersifat toksik yang dapat membahayakan lingkungan sekitarnya.
Sumber :http://1902miner.wordpress.com/bfiabhfcbafhueceaj/pengolahan-bijih-emas/#comment-61
Sumbang Pemikiran siapa tau berguna !
ReplyDeleteMengolah emas dengan sianida biasanya memakai tong tinggi/dalam yang mana akan berat kepada kompressor untuk meniupkan udara dan akan sulit dalam menghomogenasi oksigen keseluruh lumpur; begitupula untuk pengadukan menjadi berat sehingga perlu tenaga besar. keuntungan tong tinggi/dalam akan memudahkan pelarutan oksigen kedalam lumpur. Solusi untuk meningkatkan efisiensi energi dengan hasil yang maksimal; peralatannya mesti ditambah dengan alat mixser oksigen. Sebelum dimasukkan ke dalam tong, lumpur dimixer terlebih dahulu dengan udara sehingga lumpur menjadi putih susu dan ringan. kemudian dialirkan masuk dari dasar tong. Dapat dilakukan berulang yaitu dari bagian atas tong lumpur dialirkan ke alat mixer udara kemudian dari alat mixer dipompa masuk ke tong dari bagian dasar tong; dengan cara ini akan mempersingkat waktu inkubasi lumpur dalam tong dan tidak perlu pengadukan di dalam tong. Pencampuran udara yang baik merata pada lumpur merupakan kunci keberhasilan pengolahan emas dengan sianida. bila MAS butuh alat mixer bisa hubungi saya (DADANG) di 087770744170. Trimakasih