BAB
I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam
interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik
menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit dan
dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam prakteknya, para kimiawan biasanya
bergantung pada teori
kuantum atau penjelasan
kualitatif yang kurang kaku (namun lebih mudah untuk dijelaskan) dalam
menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang kuat diasosiasikan
dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan
gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan struktur suatu
zat.
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada
umumnya, ikatan kovalen dan ikatan ion
dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan
van der Waals
dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa ikatan "lemah" yang paling kuat dapat lebih kuat daripada
ikatan "kuat" yang paling lemah. Elektron
yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang
terdapat dalam inti atom bermuatan positif, mengingat muatan yang
berlawanan akan saling tarik menarik, maka dua atom yang berdekatan satu sama
lainnya akan membentuk ikatan.
Dalam gambaran yang paling sederhana dari ikatan non-polar
atau ikatan kovalen, satu atau lebih elektron, biasanya berpasangan,
ditarik menuju sebuah wilayah di antara dua inti atom. Gaya ini dapat mengatasi
gaya tolak menolak antara dua inti atom yang positif, sehingga atraksi ini
menjaga kedua atom untuk tetap bersama, walaupun keduanya masih akan tetap
bergetar dalam keadaan kesetimbangan. Ringkasnya, ikatan kovalen melibatkan
elektron-elektron yang dikongsi dan dua atau lebih inti atom yang bermuatan
positif secara bersamaan menarik elektron-elektron bermuatan negatif yang
dikongsi.
1. 2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari percobaan ini
adalah:
1.
Membedakan
senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
2.
Membedakan
reaksi pembentuk kompleks dan bukan kompleks.
1.
3 Prinsip
Percobaan
Pada praktikum ikatan kimia kita
memperhatikan perubahan yang terjadi atau reaksi yang terjadi pada setiap
tabung reaksi. Adapun alat – alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas
piala, dan pipet tetes, sedangkan larutan yang digunakan seperti AgNO3,
NaCl, alkohol, CHCl3,CH3COOH, C2H5OH,
metil orange, CuSO4, BaCl2, K4Fe(CN)6, K3Fe(CN),
FeCl3, dan KCNS. Pada tabung reaksi yang berisi larutan tertentu
ditambahkan beberapa tetes indikator untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada
ikatan ion dan ikatan kovalen dan menentukan reaksi pembentuk kompleks dan
bukan kompleks.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ikatan kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi
antar elektron-elektron yang ada pada orbit luar, atau orbit yang terisi
sebagian atau orbit bebas dalam atom lainya. Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan dengan teori
kuantum, namun dalam prakteknya, kaidah-kaidah yang disederhanakan mengijinkan
para kimiawan untuk memprediksikan kekuatan, arah, dan polaritas sebuah ikatan.
Kaidah oktet (Bahasa Inggris: octet rule) dan teori VSEPR adalah
dua contoh kaidah yang disederhanakan tersebut. Ada pula teori-teori yang lebih
canggih, yaitu teori
ikatan valens yang
meliputi hibridisasi orbital dan resonans, dan metode orbital molekul kombinasi linear
orbital atom
(Bahasa Inggris: Linear combination of atomic orbitals molecular orbital
method) yang meliputi teori medan ligan. Elektrostatika digunakan untuk menjelaskan polaritas ikatan
dan efek-efeknya terhadap zat-zat kimia.(
www.benito.staff.ugm.ac.id,
ikatan kimia)
Dalam gambaran ikatan ion yang
disederhanakan, inti atom yang bermuatan positif secara dominan melebihi muatan
positif inti atom lainnya, sehingga secara efektif menyebabkan satu atom
mentransfer elektronnya ke atom yang lain. Hal ini menyebabkan satu atom
bermuatan positif dan yang lainnya bermuatan negatif secara keseluruhan. Ikatan
ini dihasilkan dari atraksi elektrostatik di antara atom-atom dan atom-atom
tersebut menjadi ion-ion yang bermuatan.
Ikatan kimia pada prinsipnya berasal dari interaksi
antar elektron-elektron yang ada pada orbit luar, atau orbit yang terisi
sebagian atau orbit bebas dalam atom lainya. Dalam
interaksi antar atom logam, ikatan kimia dibentuk oleh gaya tarik
menarik-menarik elektron oleh inti (nucleus) yang berbeda. Asalnya elektron
milik satu atom yang ditarik oleh inti atom tetangganya yang bermuatan +, dan
elektron ini disharing dg gaya tarik yang sama oleh inti lain yang
mengitarinya. Akibat jumlah elektron valensi yang rendah dan terdapat jumlah
ruang kososng yang besar, maka e- memiliki banyak tempat untuk
berpindah. Keadaan demikian menyebabkan e- dapat berpindah secara
bebas antar kation-kation tersebut. Elektron
ini disebut “delocalized electron” dan ikatannya juga disebut “delocalized
bonding”. ( www.freewebs.com., ikatan kimia )
II.1 Ikatan
Kuat Kimia
Ikatan-ikatan berikut adalah ikatan intramolekul
yang mengikat atom-atom bersama menjadi molekul. Dalam
pandangan yang sederhana dan terlokalisasikan, jumlah elektron yang
berpartisipasi dalam suatu ikatan biasanya merupakan perkalian dari dua, empat,
atau enam. Jumlah yang berangka genap umumnya dijumpai karena elektron akan
memiliki keadaan energi yang lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan
yang lebih canggih menunjukkan bahwa kekuatan ikatan
tidaklah selalu berupa angka bulat dan tergantung pada distribusi elektron pada
setiap atom yang terlibat dalam sebuah ikatan. Sebagai contohnya, karbon-karbon
dalam senyawa benzena dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5 dan dua atom
dalam nitrogen monoksida NO dihubungkan oleh ikatan 2,5.
Keberadaan ikatan rangkap empat juga diketahui dengan baik. Jenis-jenis ikatan kuat
bergantung pada perbedaan elektronegativitas dan distribusi orbital elektron yang tertarik pada suatu atom yang
terlibat dalam ikatan. Semakin besar perbedaan elektronegativitasnya, semakin
besar elektron-elektron tersebut tertarik pada atom yang berikat dan semakin
bersifat ion pula ikatan tersebut. Semakin kecil perbedaan
elektronegativitasnya, semakin bersifat kovalen ikatan tersebut.(www.id.wikipedia.org.,ikatan
kimia)
II.1.1 Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang umumnya sering
dijumpai, yaitu ikatan yang perbedaan elektronegativitas (negatif dan positif)
di antara atom-atom yang berikat sangatlah kecil atau hampir tidak ada.
Ikatan-ikatan yang terdapat pada kebanyakan senyawa organik dapat dikatakan sebagai ikatan kovalen. Lihat pula ikatan sigma dan ikatan pi untuk penjelasan
LCAO terhadap jenis ikatan ini.
Ikatan Dengan Non Logam
Pada prinsipnya semua ikatan kimia
berasal dari gaya tarik menarik inti (nucleus) yang bermuatan + terhadap e yang
bermuatan negatif, Gaya tarik menarik ini ditentukan oleh Hukum Coulomb.
F
=
F
: Gaya
tarik menarik atau tolak menolak
Q1 dan Q: Muatan partikel 1 dan 2
r
: Jarak antara partikel 1 dan 2
k :
Konstante dielektrik
Bila
Q1 dan Q2 bermuatan sama, maka keduanya akan tolak-menolak, sebaliknya bila Q1
dan Q2 bermuatan berlawanan akan terjadi tarik menarik.
Ikatan kovalen terbentuk, karena hampir semua unsur
memiliki ruang kosong dan orbit luar berenergi rendah. Makin rendah energi
suatu orbit, nakin tinggi stabilitas elektron yang ada di dalamnya. Semua unsur
non-logam memiliki paling tidak 4 dari 8elektron yang mungkin berada pada orbit
luar, kecuali: H, He, dan B. Perbedaan unsur non-logam dengan logam adalah
tidak memiliki kelebihan ruang kosong yang berenergi rendah untuk penyebaran
elektron yang akan disharing. Elektron yang dapat disharing dalam unsur
non-logam tidak mengalami “delocalised” seperti pada ikatan metalik
(ikatan logam). Jadi elektron ini tinggal terlokalisir dalam kedekatan antar 2
inti (ikatan kovalen).( benito.staff.ugm.ac.id, ikatan kimia)
Contoh: pembentukan H2 dari 2 atom H. Pada
molekul H2 ada 3 gaya yang bekerja yaitu:
a)
Gaya
tolak-menolak antara 2 inti
b)
Gaya tolak-menolak
antara 2 elektron
c)
Gaya
tarik-menarik antara inti dari satu atom dengan elektron dari atom yang
lainnya. Besarnya gaya c ini lebih besar dari jumlah gaya a dan b.
II.1.2 Ikatan
Ion
Ikatan ion adalah ikatan
yang terbentuk akibat gaya tarik listrik (gaya Coulomb) antara ion yang
berbeda. Ikatan ion juga dikenal sebagai ikatan elektrovalen. Ikatan ini berasal dari gaya tarik elektrostatik antara
ion yang bermuatan berlawnan [Kation (+) dan anion (-)] (Hukum Coulomb). Untuk sebagian besar unsur, proses pelepasan atau
penambatan elektron adalah proses endotermik (membutuhkan energi). Ini berarti
bahwa bentuk ion adalah kurang stabil dibandingkan atom yang tak bermuatan.
Na Na+
+ (-) - energi
½O2
+ 2 (-)
O-2
- energi
Senyawa
yang memiliki derajat paling tinggi dalam ikatan ionik adalah yang terbentuk
oleh reaksi antara unsur alkali dengan halogen.
Contoh: Na +
Cl NaCl.
Keduanya
memiliki perbedaan elektronegativitas yang besar, sehingga pasangan elektron
yang membentuk ikatan lebih banyak tertarik oleh atom Cl.
Makin besar perbedaan elektro-negativitasnya makin besar
pula karakter ioniknya. Namun ada kekecualian untuk F dan Cs, F memiliki
elektro-negativitas paling kuat, sedang Cs memiliki elektro-negativitas paling
lemah, sehingga ikatannya tidak sepenuhnya ionik. Bagaimanapun juga ikatan
kovalen murni ada dalam molekul yang tersusun oleh molekul yang sama (H2,
Cl2, C-C) atau molekul yang tersusun dari atom yg memiliki elektro-negativitas
yang hampir sama, contoh: C-H. ( www.psb-psma.org., ikatan ion dan ikatan kovalen)
Senyawa yang mempunyai ikatan ion antara lain
:
a)
Golongan
alkali (IA) [kecuali atom H] dengan
golongan halogen (VIIA)
Contoh
: NaF, KI, CsF
b)
Golongan
alkali (IA) [kecuali atom H] dengan
golongan oksigen (VIA)
Contoh
: Na2S, Rb2S,Na2O
c)
Golongan
alkali tanah (IIA) dengan golongan oksigen (VIA)
Contoh
: CaO, BaO, MgS
Sifat umum senyawa ionik :
1)
Titik
didih dan titik lelehnya tinggi.
2)
Keras,
tetapi mudah patah.
3)
Penghantar
panas yang baik.
4)
Lelehan
maupun larutannya dapat menghantarkan listrik (elektrolit).
5)
Larut
dalam air.
6)
Tidak
larut dalam pelarut/senyawa organik (misal : alkohol, eter, benzena).
Dari bermacam-macam ikatan dapat disimpulkan sbb:
a)
Senyawa
dengan ikatan kovalen yang dominan, elektron dari ikatan berada pada atom yang
membuat ikatan. Diantara molekul yang berbeda ada ikatan yang lemah yang
disebut “gaya van der Waals”. Hal yang sama terjadi untuk senyawa dengan
“ikatan kovalen koordinat”. Molekul yang berbeda membentuk satuan-satuan
yang terpisah. Dalam molekul ini jarak antar atom dalam molekul lebih kecil
dari jarak antara atom dan molekul didekatnya.
b)
Senyawa
dengan ikatan metalik dan ionik yang dominan, ikatan itu dibuat oleh
elektron-elektron yang disharing. Dalam logam gaya tarik berasal dari
“delocalised electron”, sedang dalam senyawa ionik berasal dari gaya tarik
menarik antara ion positif dan negatif. Dalam senyawa ini, partikel-partikel
bermuatan diposisikan pada jarak yg sama satu dengan yang lainnya, sehingga
tidak ada kemungkinan untuk membedakan atau memisahkan molekul yang utuh
(discrete). Dalam logam, setiap atom biasanya diposisikan pada jarak yang sama
dari 6, 8 atau 12 atom yang lainnya yang menunjukkan bahwa ikatan dengan
seluruh atom-atom yang berbeda ini memiliki kekuatan yang sama.
Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan dengan teori
kuantum, namun dalam prakteknya, kaidah-kaidah yang disederhanakan mengijinkan
para kimiawan untuk memprediksikan kekuatan, arah, dan polaritas sebuah ikatan.
Kaidah oktet (Bahasa Inggris: octet rule) dan teori VSEPR adalah
dua contoh kaidah yang disederhanakan tersebut. Ada pula teori-teori yang lebih
canggih, yaitu teori
ikatan valens yang
meliputi hibridisasi orbital dan resonans, dan metode orbital molekul kombinasi linear orbital
atom (Bahasa Inggris: Linear combination of
atomic orbitals molecular orbital method) yang meliputi teori medan ligan. Elektrostatika digunakan untuk menjelaskan polaritas ikatan
dan efek-efeknya terhadap zat-zat kimia.
II.
2
Elektron Pada Ikatan Kimia
Banyak senyawa-senyawa sederhana yang melibatkan
ikatan-ikatan kovalen. Molekul-molekul ini memiliki struktur yang dapat
diprediksi dengan menggunakan teori ikatan valensi, dan sifat-sfiat atom yang terlibat dapat
dipahami menggunakan konsep bilangan oksidasi. Senyawa lain yang mempunyai struktur ion dapat dipahami dengan
menggunakan teori-teori fisika klasik.
Pada kasus ikatan ion,
elektron pada umumnya terlokalisasi pada atom tertentu, dan elektron-elektron
todal bergerak bebas di antara atom-atom. Setiap atom ditandai dengan muatan
listrik keseluruhan untuk membantu pemahaman kita atas konsep distribusi
orbital molekul. Gaya antara atom-atom secara garis besar dikarakterisasikan
dengan potensial elektrostatik kontinum (malaran) isotropik.
Sebaliknya pada ikatan kovalen,
rapatan elektron pada sebuah ikatan tidak ditandai pada atom individual, namun
terdelokalisasikan pada MO di antara atom-atom. Teori kombinasi linear orbital yang diterima secara umum membantu
menjelaskan struktur orbital dan energi-energinya berdasarkan orbtial-orbital
dari atom-atom molekul. Tidak seperti ikatan ion, ikatan kovalen bisa memiliki
sifat-sifat anisotropik, dan
masing-masing memiliki nama-nama tersendiri seperti ikatan sigma dan ikatan pi.
Atom-atom juga dapat membentuk ikatan-ikatan yang memiliki sifat-sifat antara
ikatan ion dan kovalen. Hal ini bisa terjadi karena definisi didasari pada
delokalisasi elektron. Elektron-elektron dapat secara parsial terdelokalisasi
di antara atom-atom. Ikatan sejenis ini biasanya disebut sebagai ikatan polar kovalen. Lihat pula elektronegativitas.
Oleh karena itu, elektron-elektron pada orbital molekul
dapat dikatakan menjadi terlokalisasi pada atom-atom tertentu atau
terdelokalisasi di antara dua atau lebih atom. Jenis ikatan antara dua tom
ditentukan dari seberapa besara rapatan elektron
tersebut terlokalisasi ataupun terdelokalisasi pada ikatan antar atom.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.
1 Bahan
1)
NaCl 8) K3Fe(CN)6 15) FeCl3
2)
AgNO3 9) HCl
3)
CHCL3 10)
M.O
4)
KCN 11) BaCl2
5)
CH3COOH 12) K4Fe(CN)6
6)
CCL4 13)
CuSO4
7)
C2H5OH 14)
NH4OH
III.
2 Alat
1) Tabung
reaksi, digunakan sebagai tempat untuk mereaksikan zat – zat.
2) Rak
tabung, tempat untuk menyimpan tabung reaksi.
3) Pipet
tetes, alat yang digunakan untuk mengambil larutan sedikit demi sedikit dari
sebuah wadah.
4) Gelas
piala, tempat untuk menyimpan atau mereaksikan larutan.
III.
3 Prosedur Percobaan
1) Siapkan
3 buah tabung reaksi. Masing – masing tabung reaksi diisi dengan 1 ml AgNO3.
Tabung (1) ditetesi dengan NaCl, tabung (2) dengan CCl4/Alkohol, dan
tabung (3) dengan CHCl3, masing – masing sebanyak 3 – 5 tetes.
Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.
2) Siapkan
3 buah tabung reaksi. Tabung (1) diisi dengan HCl, tabung (2) dengan CH3COOH
dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing – masing sebanyak
2,5. Selanjutnya, setiap tabung reaksi
ditetesi dengan indicator Metil orange (MO). Perhatikan dan catat perubahan
yang terjadi.
3) -
Siapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 ml CuSO4. Masing –
masing tabung ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan.
Tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung (2) dengan K4Fe(CN)6,
masing – masing 2 – 3 tetes. Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.
-Siapkan 2 buah tabung reaksi yang
diisi dengan 1 ml CuSO4. Tabung (1) ditambah dengan BaCl2
dan tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing – masing 2 – 3 tetes. Perhatikan dan
catat perubahan yang terjadi.
4)
Siapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan FeCl3
dan tabung (2) dengan K3Fe(CN)6
masing – masing 1 ml. Ke dalam tabung (1) dan (2) ditambahkan 2 –
3 tetes KCNS. Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.
1 Hasil
IV.
1.
1 Tabel Pengamatan
1) Pengendapan
garam sulfat
Larutan
|
Ditambah
AgNO3
|
Keterangan
|
NaCl
|
Warnanya
keruh, terdapat endapan.
|
Larutan
bereaksi membentuk ikatan ion.
|
CCL4
|
Warnanya
tetap terdapat 2 fase
|
Larutan
tidak bereaksi (ikatan kovalen)
|
CHCl3
|
Warnanya
tetap
|
Larutan
tidak bereaksi (ikatan kovalen)
|
2) Reaksi
dengan indikator metal orange (MO)
Larutan
|
Ditambah MO
|
Keterangan
|
HCL
|
Merah terang,
terdapat endapan
|
Larutan bereaksi
(asam kuat)
|
CH3COOH
|
Merah tua, terdapat
endapan
|
Larutan bereaksi
(asam lemah)
|
CH3CH2OH
|
Orange bening, tidak
terdapat endapan
|
Larutan bereaksi,
ikatan ion
|
3)
Pengendapan garam hidroksida
Larutan
|
Ditambah pereaksi
|
Keterangan
|
|
BaCl2
|
K4Fe(CN)6
|
||
CuSO4 + NH4OH sedikit
|
Berwarna biru muda,
terdapat endapan putih.
|
Berwarna biru,
terdapat endapan coklat.
|
Bereaksi dan
merupakan senyawa kompleks
|
CuSO4 + NH4OH berlebih
|
Berwarna biru muda,
terdapat banyak endapan
|
Berwarna biru muda
terdapat banyak endapan coklat.
|
Bereaksi dan
merupakan senyawa kompleks
|
CuSO4
|
4) Pengendapan
garam hidroksida
Larutan
|
Ditambah
KCNS
|
Keterangan
|
FeCl3
|
Merah
bata
|
Bereaksi
(senyawa komleks)
|
K4Fe(CN)6
|
Kuning
kehijauan
|
Tidak
bereaksi
|
IV. 2
Reaksi
1. NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi
C2H5Br + AgNO3 tidak bereaksi
2. Tidak perlu
3. a. CuSO4 + NH4OH
(sedikit) (NH4)2SO4 +
Cu(OH)2
CuSO4 + NH4OH
(berlebih)
(X)……………….. + BaCl2
(X)………………...
+ K4Fe(CN)6
b. CuSO4 + BaCl2 BaSO4 +
CuCl2
CuSO4
+ K4Fe(CN)6
4. FeCl3 + 3KCNS Fe(CNS)3 + 3KCl
K4Fe(CN)6 +
KCNS
IV. 3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini
ada 4 macam pengamatan yaitu:
1) Pengendapan garam sulfat
Pada
percobaan ini larutan yang digunakan adalah NaCl, CCL4, dan CHCl3.
Kemudian masing – masing ditambahkan AgNO3. Hasilnya pada NaCl +
AgNO3, warnanya keruh dan terdapat endapan , larutan pun bereaksi
menghasilkan ion sehingga disebut terjadi ikatan ion. Pada CCl4 +
AgNO3, warnanya tetap, larutan tidak bereaksi tapi terdapat 2 fase
sehingga disebut ikatan kovalen. Pada CHCl3 + AgNO3, dimana
tidak terjadi perubahan warna dan disebut ikatan kovalen.
2) Reaksi indikator metil orange
`percobaan ini menggunakan tiga buah
tabung reaksi, dimana tabung reaksi pertama diisi dengan HCl, tabung reaksi (2)
dengan CH3COOH, dan tabung (3) dengan CH3CH2OH.
Pada saat tabung reaksi pertama ditetesi dengan metil orange, larutan bereaksi
dengan berubah warna menjadi merah terang dan terdapat endapan hal ini karena
HCL merupakan asam kuat. Pada tabung kedua ditetesi juga dengan metal orange,
larutan bereaksi dengan berubah warna menjadi nmerah tua dan terdapat endapan,
larutan membentuk ikatan ion. Ketika tabung ketiga ditetesi dengan metal orange
larutan bereaksi dengan berubah warna orange bening, tetapi tidak terdapat
endapan karena kelarutanya lebih tinggi.
3) Pengendapan garam hidroksida
Ada 6 buah tabung reaksi yang berisi
larutan CuSO4 masing – masing sebanyak 1 ml. pada 2 tabung reaksi
pertama ditambahkan dengan NH4OH sedikit, sepasangnya lagi
ditambahkan dengan NH4OH berlebih, dan sepasang terakhir tidak
ditambahkan apapun. Pada saat sepasang tabung reaksi pertama masing – masing diisi
dengan BaCl2 dan K4Fe(CN)6, didapatkan larutan
yang berubah menjadi berwarna biru muda terdapat endapan berwarna putih,
sedangkan yang berubah menjadi warna biru terdapat endapan warna cokelat,kedua
tabung reaksi membentuk ikatan ion dan merupakan senyawa kompleks. Pada
sepasang tabung reaksi berikutnya yang berisi larutan NH4OH berlebih
dan ditetesi dengan larutan seperti dengan cara diatas, didapatkan tabung reaksi yang memiliki warna biru muda
terdapat endapan berlebih, dan yang satu lagi memiliki warna yang sama yaitu
biru muda dan banyak endapan, kedua tabung reaksi ini terdapat banyak senyawa
kompleks.
Pada
sepasang tabung reaksi yang terakhir yang hanya berisi larutan CuSO4 yang
ditetesi dengan larutan seperti diatas, masing - masing mengalami perubahan
warna menjadi biru muda. Ada yang terdapat endapan putih, ada juga yang
terdapat endapan coklat,larutan ini merupakan senyawa kompleks.
4) Pengendapan garam hidroksida
Pada percobaan ini didapatkan FeCl3 +
KCNS, mengalami reaksi dan berubah warna menjadi merah bata, sedangkan
pada larutan K4Fe(CN)6
+ KCNS tidak mengalami reaksi
tetapi hanya berubah warna menjadi kuning kehijauan ini membuktikan larutan
pertama membentuk ikatan ion dan larutan kedua membentuk ikatan kovalen.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.
1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini
dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1) Ikatan
kovalen merupakan ikatan yang tidak bereaksi dengan logam dengan kata lain cuma
menghasilkan 2 fase seprti yang terjadi
pada larutan CCl4 (alkohol) dengan larutan CHCl3.
2) Ikatan
ion merupakan ikatan yang dapat bereaksi dengan logam seperti pada larutan
NaCl, HCl, CH3COOH, dan CH3CH2OH.
3) Senyawa
kompleks merupakan senyawa yang akan terurai menjadi kation dan anion kompleks
atau kation kompleks dengan anionya, akibatnya ada anion kompleksnya seperti
pada larutan CuSO4 + NH4OH yang dapat bereaksi dan
merupakan senyawa kompleks.
4) Senyawa
bukan kompleks adalah senyawa yang akan
terurai menjadi ion – ion pembentuk senyawa tersebut. Seperti pada larutan FeCl3
+ KCNS yang tidak dapat bereaksi.
V. 2 Saran
Sebelum melakukan praktikum tentang ikatan
kimia hendaknya mahasiswa harus memahami tentang senyawa – senyawa yang
termasuk ikatan ion dan ikatan kovalen agar pada percobaan nanti tidak terjadi
kekeliruan. Mahasiswa dalam melakukan praktikum haruslah benar – benar
mengamati reaksi yang terjadi. Untuk asisten yang mendampingi praktikan
haruslah lebih baik dalam mengawasi dan menuntun praktikan dalam melakukan
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
UPT-MKU. 2011. “Jurnal
Praktikum Kimia Dasar”. Universitas Hasanuddin : Makassar.
UPT-MKU. 2011. “
Penuntun Praktikum Kimia Dasar”. Universitas Hasanuddin : Makassar.
0 komentar:
Post a Comment